Nasi adalah primadona bagi sebagian masyarakat Indonesia. Jika belum makan dengan nasi serasa belum makan. Hal ini yang terjadi pada sebagian masyarakat Indonesia. Memang tidak ada yang di rugikan namun upaya pemerintah dalam penganekaragaman pangan atau diversifikasi pangan terhambat. Diversifikasi pangan yang di artikan makan tidak terpusat pada nasi sudah lama di dengungkan namun efeknya tidak banyak. Nasi tetap saja menjadi atau dijadikan unggulan. Masih untung banyak ditemui produk mie instan yang bisa ”sementara” menggantikan nasi. Artinya rakyat sudah mulai mendeversifikasi perutnya. Namun, itu bagi yang masih mempunyai daya beli. Bagi strata golongan menengah, perubahan ”food habit” demikian sudah lazim, namun makan nasinya juga masih dominan.
Karena sudah menjadi "food habit" ini lah kita seperti mengacuhkan hal negatif yang terjadi apabila kita terus terusan memakan nasi. Kita lihat mulai dari kandungan yang berbahaya didalam beras putih.
1. Arsenik
Logam ini menjadi salah satu pencemaran yang umum di beras yang terjadi secara alami di tanah dan air. Padi ditanam di air, yang membuatnya mengandung arsenik 10 kali lebih banyak dibanding sereal lain. Logam ini juga terakumulasi di dalam sekam dan selama proses penggilingan, kulit dibuang dari biji. Beras merah tingkat arseniknya dinilai lebih tinggi dibanding beras putih. Paparan arsenik bisa mengakibatkan kanker, penyakit jantung, dan penyakit kulit.
2. Minyak Mineral
Beras umumnya dikemas dalam karung goni yang tercemar minyak mineral. Serat rami diberikan minyak ini agar fleksibel. Ketika beras diangkat dengan karung akan terkontaminasi sejumlah minyak. Penelitian pada minyak menunjukkan, minyak mineral mengandung karsinogenik
3. Racun dan Bakteri
Aflatoksin adalah zat berbahaya yang dihasilkan bakteri spesies Aspergillus yang mengontaminasi komoditas pangan seperti beras. Ketika beras terkena hujan lebat dan kelembabannya tinggi, ini disukai bakteri.
Biasanya racun ini dalam jumlah yang tinggi ditemukan saat hujan merusak beras dan beras setengah matang, serta mengandung karsinogen dan hepatotoxin.
4. Timbal dan Kadmium
Kontaminan lain yang umum terjadi dalam beras adalah logam timbal dan kadmium. Ini hadir dalam konsentrasi tinggi pada beras giling.
Apabila dikonsumsi dalam dosis tinggi bisa merusak tubuh. Selain itu, pupuk tertentu mengandung kadmium yang diserap gabah dari tanah.
Tingginya tingkat timbal bila dikonsumsi dari beras bisa merusak otak dan menyebabkan masalah pencernaan
5. Kotoran Tikus dan Hewan Pengerat
Tikus mencemari beras bila disimpan di bawah. Kotoran tikus dan tikus menyebarkan bakteri, mencemari beras yang disimpan serta memicu alergi pada manusia ketika padi yang terkontaminasi dikonsumsi.
Bahkan, feses yang kering serta urine tikus bisa berbahaya untuk kesehatan. Hantavirus 4 merupakan penyakit yang berpotensi mengancam jiwa yang ditularkan hewan pengerat.
6. Bahan kimia dari kemasan
Ini adalah fakta yang diketahui bahwa pengolahan yang tak higienis dan pengepakan beras merupakan penyebab beras tak layak dikonsumsi.
Bahan buat kemasan yang terbuat dari plastik (karung beras), penggunaan tinta, dan perekat pada kemasan, kurang sensitif terhadap cahaya, suhu, dan kelembaban pada bahan kemasan bisa menyebabkan kontaminasi beras.
Penggunaan bahan kemasan dalam jangka panjang bisa menyebabkan beberapa efek kesehatan.
Ganti yuk food habitnya!!!